Rabu, 25 Januari 2012

Yamaha Jupiter-Z (Jogja) , Akibat Pakai Gir Ringan

Sejatinya, Yamaha Jupiter-Z geberan Sigit PD ini bermain di kompresi 13,6 : 1. Itu kalau di trek permanen. Maklum, doi kan pembalap IndoPrix (IP). Tapi, karena bermain di sirkuit dadakan yang tidak terlalu panjang, kompresi diturunkan lagi. Itu akibat penggantian gir belakang yang dinaikan.

Jika biasanya pakai 14/ 42 mata, di sirkuit Stadion Kanjuruhan, Malang pakai 14/44 mata. Hasilnya, racer asal Jogja ini mampu podium utama di kelas 125 cc Grand Final Yamaha Cup Race 2011 beberapa waktu lalu.

Kompresi diturunkan hingga 13,2 : 1. Karena kalau tidak diturunkan, napas mesin terlalu cepat habis oleh gir yang lebih ringan,” ungkap Heru ‘Kate’ Hardiyanto, selaku tunner tim Yamaha TDR FDR Federal Oil NHK Yonk Jaya itu.

Penurunan kompresi ditempuh lewat pemapasan jenong alias dome piston Daytona diameter 55,25 mm yang diandalkan. Berkali-kali, piston dipapas dan diukur lewat alat ukur buret hingga dapat kompresi yang diinginkan.

Sayangnya, pria akrab disapa Pak’De ini tak terlalu mengukur berapa tinggi dome akhir. Tapi, kepala silinder juga ikut dipapas sekitar 0,4 mm. Hitungan ini, tetap dipakai meski ganti head silinder baru.

Selain kompresi, penyesuaian seting juga berimbas ke timing tertinggi pengapian. Untuk limiter diseting di 14.500 rpm. Lalu, timing pengapian yang biasanya dipatok 36º di 9.500 rpm, diturunkan jadi 36º di 8.500 rpm. Ya, turun 1.000 rpm.

Kalau gir ringan, napas mesin jadi cepat habis. Selain itu, penyesuaian juga karena sirkuit yang patah-patah. “Biar dropnya rpm juga tidak terlalu banyak. Jadi cepat mengail rpm lagi,” timpal alumnus fakultas Pertanian UPN Jojga 1990 itu.

Kondisi ini sesuai karakter balap Sigit yang sebenarnya suka gaya rolling speed. Jadi, meski trek patah-patah, tapi doi kadang masih suka gantung rpm dibeberapa tikungan. Bisa dikatakan juga kalau Sigit suka motor yang powernya lembut.

Untuk sistem pengapian sendiri, Pak’De lebih andalkan model rotor. Ya, pakai lempengan besi yang bobotnya dibuat jadi 550 gram. Untuk mengimbangi di sebelah kanan, balancer diterapkan hingga 400 gram.

Kompresi di ruang bakar, ditemani pemakaian klep milik Honda Sonic diameter 28 mm (in) dan 23 mm (ex). “Sengaja untuk ex dikecilkan. Sempat jajal klep 24 mm, tapi power masih kurang padat,” bilang pria ramah ini.

Durasi kem bermain di 272º. Itu berlaku buat klep in dan ex. Hitungannya, in 34º + 58º + 180º = 272º. Sedang ex, 58º + 34º + 180º = 272º. LSA (Lobe Separation Angle) bermain di 102º. Ini cocok untuk karakter power menengah-atas. Ya, buat bermain rolling speed.

Pangabut bahan bakar andalkan Keihin PWK 28 mm. Main-jet diseting 108 dan pilot-jet cukup besar. Yaitu, 60. “Karena power motor enteng-enteng, jadi butuh masukan sedikit besar di putaran bawahnya,” tutup Pak’De.

Belum lagi, saluran buang juga andalkan bikin tim sendiri. Ya, knalpot terbaru buat Jupiter-Z merek Yonk Jaya. Oh ya! karena sirkuit dadakan, Sigit lebih PD alias percaya diri untuk pakai stabilizer rangka di bagian underbone. Jadi, tak masalah dengan sasis yang seolah mantul-mantul ketika direm keras.  (motorplus-online.com)

DATA MODIFIKASI
Ban : FDR 90/80-17
Sok belakang : YSS
Stabilizer setang : KTC
CDI: Rextor Pro Drag
Knalpot : Yonk Jaya

Penulis : Eka | Teks Editor : Nurfil | Foto : Eka

Yamaha Fino, Drag Style 2009 (Jakarta)

Menurut Asang, model bodi Yamaha Fino punya nilai lebih. Makanya menurut juragan Ratu Perkasa Motor (RPM) itu, tidak perlu banyak ubahan sudah cukup menarik.

"Kalau bodi, cukup dikasih variasi bolt on. Itu pun enggak banyak, biar enggak terlalu rame tapi tetap funky," buka Asang dari Jl. Raya Bogor Km 28, Cibubur, Jakarta Timur itu.

Ubahannya lebih banyak ke dapur pacu. Mesin dibore up hingga 200 cc. "Jadi, bisa berfungsi ganda. Buat mejeng karena tampilan bodinya. Bisa juga buat balap," lanjut Asang.

Untuk urusan mesin, Asang percaya langsung kepada mekaniknya sendiri buat mengolah. Namanya Ahmada yang sudah gape garap mesin buat drag.  Tapi sayang, Metz biasa Ahmad disapa, ogah buka semua resep motor yang kabarnya sudah enggak ada lawan di wilayah Cibubur ini. Walah...

"Ubahan mesinnya disesuaikan tema funky yang dimau Asang. Kalau buat balap kan standaran, pakainya paking selembar. Seher pakai punya CBR dikombinasi setang seher tipe 5VV," tambah Metz.

Berencana turun perdana di event drag di Parkir Timur Senayan, pertengahan Januari nanti. Ditunggu!  (motorplus-online.com)

DATA MODIFIKASI
Ban depan : Vee Rubber 45/90-17
Ban belakang : Vee rubber 60/80-17
Pelek depan : Yoko 3 Tone 140x17
Knalpot: Kou Thailand
RPM : 082-1123-12350

Penulis : Tining | Teks Editor : Nurfil | Foto : Tining

Rabu, 11 Januari 2012

Kenang Simonceli, Dovizioso Bikin Tato

SolusiMobil.Com - Kepergian Marco Simoncelli untuk selama - lamanya meninggalkan duka mendalam bagi Andrea Dovizioso. Sebagai sesama pembalap yang berdarah Italia, Dovi, begitu Dovizioso disapa menorehkan tato baru pada tubuhnya demi mengenang Simoncelli yang meninggal dunia pada GP Malaysia musim 2011 lalu.

Pembalap New Tech 3 Yamaha yang baru itu mempostingnya dalam akun Twitternya @AndreaDovizioso sebagai berikut: “Setelah apa yang terjadi, bagi Sic pikiran saya dalam tato Polynesia yakni dewa matahari (kehidupan), burung pengawal (takdir), dan tokek.”

Kata-kata dalam tato tersebut bisa diartikan sebagai ‘Saya merupakan pemilik takdir, tapi hanya takdirlah yang mengetahui akhir dari petualangan saya.’

Dovi dan mendiang Simoncelli sudah menjadi rival sejak sejak di balapan dengan motor mini. Gaya membalap Dovi yang kalem dan tenang berbanding terbalik dengan gaya Simoncelli yang terkesan ugal-ugalan. Tak heran, bila keduanya kerap terlibat dalam tebrakan di sirkuit.

Setelah mengakhiri klasemen dengan berada di posisi ketiga atau setingkat lebih baik dibanding rekan setimnya di Repsol Honda, Dani Pedrosa, di Sirkuit Valencia lalu, Dovi mengungkapkan perasaannya perihal kepergian Simoncelli untuk selama-lamanya.

“Saat final lap saya berpikir soal Marco Simoncelli dan akhirnya saya bisa sukses di sirkuit ini setelah sebelumnya saya selalu kesulitan. Marco membantu saya dalam misi ini, Ciao Marco,” tutur rider tampan berusia 25 tahun tersebut. [crashnet/is]