Rabu, 30 November 2011

Nih Tampang Yamaha Nouvo Terbaru, Lebih Futuristik!

Ups, foto-foto generasi terbaru Yamaha Nouvo bocor di dunia maya. Yamaha Nouvo terbaru ini digadang-gadang akan menjadi pengganti Nouvo Elegance yang sebelumnya dijual masal di Vietnam dan Thailand.

Sebuah media Vietnam membocorkan beberapa foto-fotonya. Motor yang masih dalam keadaan dibungkus peti ini nampak lebih futuristik di beberapa bagian.

Lampu utamanya bukan lagi model split di bodi depan, tapi satu berukuran besar di tengah. Malah bentuknya mirip moge Yamaha XJ6.
Garis-garis bodinya juga lebih tajam. Lampu belakang dibuat tipis dipadu sein yang menggelantung di bagian samping. Speedometernya paduan digital dan analog dibungkus cover bergaya robotic.

Sedang kaki-kakinya masih khas Nouvo yang pakai ring 16 inci dan kabarnya tetap mengusung mesin 135cc berteknologi injeksi bahan bakar.

Sayangnya di Indonesia Yamaha Nouvo hanya bertahan sampai generasi kedua atau versi Nouvo Z. Sedang generasi penerusnya, Nouvo Elegance tidak dijual masal di tanah air. Sedang yang ini? Sayang, belum ada kabar akan masuk Indonesia.
(motorplus-online.com)

Penulis : Popo | Teks Editor : Nurfil | Foto : tienphong, tamtay

Michelin Luncurkan Tiga Ban Motor, Harga Mulai Rp 200 Ribuan!

Kabar gembira buat anda pecinta ban merek Michelin. Pasalnya, kemarin (29/11) PT Michelindo Mitra Abadi (MMA), importir dan distributor ban sepeda motor merek Michelin di Tanah Air merilis tiga ban khusus sepeda motor.

"Sebagai pangsa pasar motor terbesar ketiga di dunia, Indonesia menjanjikan pasar yang sangat besar untuk ban motor," buka Managing Director PT MMA, Jemmy Tantoro.

Pada penetrasi awal, MMA merilis 3 varian ban yang ditujukan untuk tiga tipe motor berbeda. Varian tersebut adalah Pilot Sporty untuk dragbike dan motor sport, lalu M29S untuk skubek, serta tipe M85 yang didesain untuk motor bebek.

Seluruh tipe ban yang dibuat di Thailand tersebut sudah mulai dipasarkan di toko-toko variasi Jabodetabek, seperti kawasan Otista dan Kebon Jeruk III, serta toko-toko variasi lainnya.

Urusan harga, tipe M29S dilepas Rp 230 sampai 276 ribu. Sementara M85 dijual Rp 230 hingga 292 ribu, dan tipe Pilot Sporty Rp 270 hingga 720 ribu.

Harga tersebut terbilang kompetitif karena memanfaatkan fasilitas AFTA. Asiknya, semua tipe sudah memiliki Standar Nasional Indonesia, sehingga cocok dengan kondisi jalan di Tanah Air.(motorplus-online.com)
Penulis : Ilham | Teks Editor : Nurfil | Foto : Ilham

Pinggir Seher Mendem, Bikin Mesin Awet

Kejadian banyak dialami oleh mekanik yang masih pemula. Belum tahu cara menyeting pinggir seher yang harus mendem dari permukaan atas blok.

Supaya lebih awet dan aman dari tabrakan dengan kepala silinder. Karena banyak yang belum tahu, akhirnya banyak setingan motor yang tidak awet.

Ketika awal-awal lap bisa kencang. Namun di pertengahan atau akhir lap sering motor mogok atau tenaganya drop.

Biang keladinya karena salah seting pinggiran seher. “Supaya aman dibikin mendem 0,6 sampai 0,8 mm dari bibir atas blok,” jelas Iman Santoso, mekanik Titan Speed asal Bandung.

Mendem 0,6-0,8 mm tanpa paking kepala silinder. Tidak boleh kurang atau tidak boleh kelewat mendem. Kalau kelewat mendem juga bikin tenaga motor ngedrop. (motorplus-online.com)

Penulis : Aong | Teks Editor : Nurfil | Foto : Dok Motorplus

Honda Supra X125, Arm Jupiter & Kompresi Rendah

Honda Supra X125 yang digeber abis Eko Riyanto, podium 1 kelas MP3 di Brotherhood RPM Road Race, Medan 2 minggu lalu. Katanya berkat rombakan di sasis dan mesin pada motor pembalap tim Honda Intrac itu.

Yang melakukan modifikasi frame dan dapur pacu adalah Sardin Gorad Pasaribu.Dia ahli dibalik kesuksesan Eko. Mekanik bertangan dingin ini sangat memahami karakter pembalap berusia 20 tahun ini. “Iya lembut tapi garang,” ungkapnya.

Sebenarnya, karakter Eko tidak cocok dengan Supra X125 yang bertenaga besar namun liar di soal handling. Makanya rangka bebek Honda 125 ini jadi sektor pertama yang mendapat ubahan.

Sardin yang bukan pemilik perusahaan sardencis ini, mengganti lengan ayun Supra X125 dengan kepunyaan Jupiter. Katanya karena memiliki bushing lebih besar, sehingga lebih stabil.

Juga suspensi disesuaikan. Mengikuti gaya membawa motor yang beringas serta karakter sirkuit Medan dan sekitarnya yang pendek-pendek. Dibutuhkan suspensi yang lambat rebound dan lebih stabil.

“Saya mengganti cairan oli suspensi depan dengan pelumas SAE 90 yang biasa dipakai di gardan mobil. Olinya lebih kental, pantulan balik lebih lambat,” bilang Sardin yang sebelumnya berkiprah sebagai mekanik di Honda Banten ini.
Untuk mesin, ia mengaplikasi kompresi rendah, yakni 13,2 : 1. Ini ada kaitannya dengan kondisi lingkungan trek di Medan dan sekitarnya yang panas. Di lintasan bisa mencapai 38-40 derajat celcius.

Selain itu, kualitas bensol biru sudah turun oktannya setelah pengiriman. Kalau standarnya 105, paling tinggal 99-100. Makanya, dibikin kompresi rendah dengan memapas piston di bagian dome sebanyak 2 mm.

Hasilnya Eko kerap menang. Padahal ini tahun pertama dan baru ikut 2 seri. Yaitu di Siak dan Bangkinang, posisi Eko sekarang ke 5 MP3 dan ke-2 di MP2.

Eko bisa jadi andalan dan penerus pembalap nasional dari Sumatera Utara. Pengganti Firman Farera, Jeffrey Holy maupun Reza Pahlevi. “Skillnya bagus. Asal dilatih dengan benar dan sabar, Eko bisa jadi pembalap besar,” prediksi H. Syabra Buana, Kasie Roda Dua Pengprov IMI Sumut. Amin bos!

Tahun Depan Full

Di bawah naungan main dealer Honda CV Indaco, tim Honda Intrac mulai berkiprah sejak 2011 ini. Sebagai tahap awal, mereka baru ikut di beberapa seri MotoPrix region 1. “Belum full. Karena baru dan melihat kemampuan dulu,” jelas Sardin Gorad Pasaribu.

Dengan hasil yang cukup baik ini, pihak Indaco pastinya akan menyokong untuk tampil penuh di balapan MotoPrix 2012 nanti. Menurut Sardin, ada empat pembalap yang akan turun di ajang balap nasional ini. Dua untuk kelas seeded dan dua pemula.

Di pemula, tim Intrac akan diperkuat Eko Riyanto, Rizky Hendarta Damanik. Di seeded, diisi Yogi Hermana dan Marta Reza.

Apalagi dengan adanya sirkuit baru di IMI Pancing, Medan ini. Sardin makin yakin pembalapnya akan lebih berkiprah di masa yang akan datang. Mudah-mudahan begitu. (motorplus-online.com) 

DATA MODIFIKASI
Main/pilot jet  : 135/30
CDI : BRT
Gir : 13/45
Karbu : Mikuni TM 24
Head : BRT
Penulis : Hend | Teks Editor : Nurfil | Foto : Hendra

Desain Baru Piston Balap FIM, Lebih Slim


Sistem forging bisa lebih slim 
PT FIM (Federal Izumi Manufacturing) sudah biasa meluncurkan piston untuk balap. Namun sebentar lagi muncul seher buatan FIM  yang punya desain beda. Bentuknya lebih slim.

Slim artinya dinding seher yang menyentuh boring lebih sedikit. Sehingga lebih kecil daya geseknya. Juga bobotnya lebih enteng. “Bisa lebih slim karena diproduksi dengan sistem forging,” jelas Junus Budi dari bagian Product Development PT FIM.

Sistem forging dibuat dengan cara ditempa. Seperti ketika membuat pedang yang dibentuk dengan cara dipukul. Sehingga lebih kuat dan ringan. “Makanya bisa dibuat tipis,” jelas Junus yang senang memelihara kumis itu.

Meski sudah menggunakan sistem forging, namun tetap diberikan treatment lain. Seperti diberi tin plating atau pelapisan dengan menggunakan timah putih. Tebalnya 3 mikron, karakternya memberi pelumasan. 

Selain itu, tetap dilakukan pelapisan dengan menggunakan molybdenum. Supaya lebih licin ketika bersentuhan dengan dinding liner. Gesekkan jadi ringan. Paling penting lagi, masih dibuat fleksibel untuk atur kompresi. Karena dibuat lebih jenong.  (motorplus-online.com)
Penulis : Aong | Teks Editor : Nurfil | Foto : Istimewa

Sabtu, 26 November 2011

Honda Supra X 125, Pencetak Sejarah Honda


Wahyu Widodo tidak hanya lolos dari ganasnya siksa ‘neraka’ sirkuit Kenjeran di IndoPrix (IP) Seri IV (30/10) lalu. Tapi, mampu menapaki podium dua, sekaligus mencetak sejarah sebagai pembalap yang disokong pabrikan Honda meraih podium di balapan paling bergengsi Indonesia 2011.

“Rahasianya mengatur rasio kompresi,” bisik Akiang, pawang Honda Supra X 125 besutan Wahyu. Dalam ilmu motor bakar, rasio kompresi memegang peranan penting. Karena, di sinilah power motor diatur. Tenaga mesin mau dibikin galak atau lembut, ya memang kompresi mesin ini yang diutak-atik. Biasanya ditandai dengan angka.

Angka menyatakan perbandingan volume antara volume total silinder dengan volume ruang bakar. Isi total itu penjumlahan dari volume silinder dan volume ruang bakar. Volume silinder simbolnya V2. Sedang volume ruang bakar diberi simbol V1. Sehingga perbandingan kompresi memakai rumusan, Cr= (V1+V2)/(V1).

Nah, semakin tinggi rasio kompresi, semakin sempit V1 atau semakin besar V2, semakin tinggi pula tenaga yang dihasilkan. Artinya, semakin kecil volume ruang bakar berarti pemadatan bahan bakar–udara jadi semakin padat, sehingga ledakan pembakaran semakin besar, semakin besar pula tenaganya.

Namun tidak selamanya tenaga besar menguntungkan. Contohnya di Kenjeran kemarin, Akiang justru menurunkan kompresi. “Biasanya pakai kopresi 13,7 : 1. Tapi kemarin cukup 13,2 : 1,” tegas pria kutilang alias kurus tinggi langsing ini.

 Kem dipercaya durasi 273 derajat baik untuk klep in maupun out. Komporesi 13,2 : 1, mujarab!
Kompresi turun, panas yang dihasilkan juga tidak begitu tinggi. Jadi bisa awet karena suhu Kenjeran yang saat itu terik ketika sesi balapan.

Selain itu, kompresi tinggi juga bikin tenaga galak. Motor lebih liar dan susah dijinakkan. Akibatnya, langkah masuk-keluar tikungan jadi merepotkan. Makanya, paling pas kompresi rendah.

Apalagi motor dipacu sejauh 30 lap di Kenjeran. Itu  setara dengan 27 kilometer. Ditambah lagi dengan siksaan suhu udara yang mencapai 42 derajat celcius. Suhu di lintasan lebih gila lagi, 72 derajat celcius, Bro! So, kompresi rendah bikin mesin awet dari risiko mesin jebol.

Toh meski begitu, suplai bahan bakar tetap menjadi fokus perhatian berikutnya. Karena, bahan bakar, selain sebagai sumber tenaga, juga sebagai pendingin mesin.  Makanya, diperlukan bahan bakar beroktan tinggi.

Kenapa harus pakai oktan tinggi? Oktan bertugas mencegah agar jangan cepat terbakar! Bukankah bensin yang mudah terbakar lebih oke? Oh no itu tidak benar. Pada waktu pembakaran telah ditentukan berdasarkan siklus atau langkah kerja mesin.

Langkah singkatnya begini, bensin disedot oleh mesin dikompresi pada langkah kompresi sekaligus dicampur dengan udara. Pada saat inilah terjadi kenaikan suhu dan tekanan bensin di dalam silinder. Suhu tersebut bisa memicu bensin terbakar dengan sendirinya alias pembakaran dini. Bahasa londonya, pre-ignition.

Makanya, untuk mencegah pre-ignition inilah ditambahkan oktan di dalam bensin. Dulu biasa disebut timbel atau PB.  Makin tinggi nilai oktan, tambah hebat kemampuan mencegah pre-ignition.

Itulah mengapa Akiang tidak mentah-mentah mempercayakan pada bensol biru. Oktan bensol biru (100) dirasa masih kurang mengolah panas. Makanya harus dicampur lagi dengan bahan bakar balap alias racing fuel bermerek VP yang memiliki oktan 110.

Bukan hanya pemakaian oktan yang lebih tinggi, kandungan aditif pada VP juga diyakini lebih kaya. Bensin balap ini dioplos dengan perbandingan 1:3. 1 liter VP dipadu 3 liter avgas biru.

Selanjutnya, tinggal mengatur debit oplosan bahan bakar tadi ke mesin dengan paduan spuyer gajah. Karburator Mikuni TM 28 diisi spuyer 150/25. Semprotan bahan bakar ini dibakar pada 35 derajat sebelum piston menyentuh Titik Mati Atas (TMA) di putaran mesin  7-9 ribu rpm.

Hasilnya efektif. Tenaga Supra X 125 racikan tim Honda OEI Aries Putra Federal Oil Kawahara INK ini tidak pernah ngedrop meski sudah dipacu 30 lap.

Suhu mesin pun tidak mengkhawatikan. Dilihat pada data logger, menunjukkan angka 132 derajat celcius. Asal tahu saja, motor akan macet bila suhu mesin menyentuh 165 derajat. Padahal, motor ini meraung hingga 16 ribu rpm.

Enggak heran jika Wahyu mencetak sejarah Honda. Karena kompresi turun dan kadar timbel dalam additif. Sehingga suhu mesin lebih turun dengan panas yang tidak melonjak tinggi. Juga didukung busi tahan panas menggunakan Denso Iridium UI 27. (motorplus-online.com)

DATA MODIFIKASI
Klep: Sonic ukuran 28/23
CDI: Rextor
Durasi kem : 273 derajat
Lift kem: 9,3
Ban: IRC 
Penulis : Ipunk | Teks Editor : Nurfil | Foto : Chandra

Knalpot HRP, Special Untuk Yamaha Jupiter Z


Hingga saat ini prestasi pembalap road race Hendriansyah masih bersinar. Bahkan rider asal Yogyakarta ini baru saja menggondol titel juara Indoprix kelas 125cc diatas Jupiter Z.

Berangkat dari kesuksesannya bersama pabrikan Yamaha, Hendriansyah lewat merek Hendriansyah Racing Product (HRP) baru saja menelurkan knalpot racing baru.

"Yang paling baru untuk Jupiter Z versi terbaru dan yang lama," buka Holong Lubis, marketing HRP sambil menyebutkan harganya Rp 350 ribu.

"Ini untuk spek harian, tinggal pasang saja tanpa banyak perubahan," promo Holong yang bisa ditemui di Hendriansyah Speed Shop (HSS) di Jl Raya Seturan, no 27C, Yogyakarta. Atau bisa dikotak lewat 0274-6688999. (motorplus-online.com) 
Penulis : Popo | Teks Editor : Nurfil | Foto : HRP

Minggu, 20 November 2011

Yamaha Jupiter-Z, Modal Seemprit Bisa Ngibrit


Di ajang arena kebut malam, Yamaha Jupiter-Z milik Ivan Sutisna termasuk disegani. Padahal kalau mau buka-bukaan spek motor ini mengandalkan komponen standar.

“Cuma stroke aja sudah naik biar kapasitas mesin meningkat,” jelas Ivan Sutisna yang tinggal di Jati Raden, Pondok Gede, Bekasi.

Untuk bikin Jupiter-Z ini bisa ngibrit, ubahan motor ini memang hanya mengandalkan part standar. "Maklum modalnya terbatas jadi ngandelin part standar dari motor lain,” lanjut Ivan.

Ivan juga ingin membuktikan bila komponen lokal juga bisa diandalkan, tidak hanya tergantung pada part racing. "Biasanya kalau bikin motor kenceng banyak bengkel yang mematok sampai puluhan juta, Jupiter-Z ini cuma ngabisin dana Rp 2 juta," rinci Ivan.

Kuncinya untuk membuat dapur pacu lebih beringas dijalani dengan cara naik stroke sampai 6mm. “Untuk setang piston masih mumpuni mengandalkan milik Yamaha RX-King dan piston standar CBR 150 oversize 250 yang diameternya 66mm,” celetuk Ndut mekanik Montong Jaya Motor di Jati Padang, Jaksel.

Pen piston tetap mengandalkan milik RX-King cuma biar piston CBR bisa pas dibuatkan kupingan sebagai bahan bos dari bahan albronch.

“Biar piston enggak nongol saat blok dipasang diganjal paking setebal 6mm dari bahan pelat aluminium,” lanjut Ndut.

Areal kepala silinder pastinya ikut kena olah, tarikan Jupiter-Z mampu melibas trek 500 meter, kem ikut dimodifikasi. Sayang Ivan Sutisna tidak begitu ngerti ubahan pasti yang sudah dilakukan. Ngukur durasinya gak ngeh.

Yang jelas agar aliran bahan bakar lebih deras klep masuk mengaplikasi 33mm dan klep buang 28mm. “Klepnya pakai klep motor lokal cuma dibubut payung klep dan batangnya,” ujar Ndut yang sekalian mengubah sitting klep.

Biar kompresi lebih padat dan kepala silinder enggak mentok piston, kubahnya mengalami ubahan. Bagian kubah diatur ulang lebih lebar meyesuaikan diameter piston dan bibir head dipangkas sampai 3 mm. Sedangkan per klep mengandalkan milik standar Honda Sonic.

Untuk areal pengapian seluruhnya masih mengandalkan part standar bawaan motor, seperti magnet juga tidak ada yang kena bubutan. Begitu juga dengan koilnya masih bawaan Jupiter-Z. "Cuma CDI saja yang pakai standar milik Yamaha Crypton," cerocos Ndut.

 Sedang untuk memperlancar saluaran buang, urusan itu dipercayakan pada knalpot lokal garapan bengkel Pac Man. "Tapi, ukuran pipa dan modelnya sudah dikasih spek yang pas dengan ubahan mesin," tutup Ndut yang order silincer knalpot lebih besar.

Reamer Karburator

Turun di kelas standaran ajang kebut malam alias balap liar, Yamahas Jupiter-Z pacuan H. Deny kerap jadi perhatian pada areal karburator. Malah selalu jadi perhatian saat proses scrut dadakan.

Namanya main standaran salah satu syaratnya karburator harus bawaan motor alias standar. Tinggal pandai-pandai mekanik mengakali peranti penyuplai bahan bakar ini. "Makanya kalau ada lawan yang penasaran silakan periksa langsung karburator," lantang Ivan Sutisna yang satu tim.

"Karburator memang masih pakai standar bawaan Jupiter-Z cuma diameternya lubang skep sudah direamer," jelas Ndut yang sepertinya enggak menjelaskan secara detail ukurannya.

Namun untuk kebutuhan trek lurus sepanjang 500 meter, pas seting spuyer mengandalkan pilot 100 dan main-jet 27,5. "Mulai dari tarikan bawah sampai atas tenaga ngisi terus," tegas Ndut yang sudah bawa besutannya keliling berbagai lintasan kebut malam.   (motorplus-online.com)

 DATA MODIFIKASI
Ban depan  : IRC 60/90-17
Ban belakang   : IRC 60/90-17
Knalpot    : Custom
Gir : 17/25
MJM: (021) 92229456 

Penulis : Belo | Teks Editor : Nurfil | Foto : Boyo

Yamaha Mio, Joki Baru Pecahkan Rekor Super FFA


Dulu Yamaha Mio ini dibesut joki lawas tim drag bike Tomo Speed Shop. Macam Syaiful Cibef, M. Ramzi dan Imam Ceper. Cuma posisi 2 atau lebih. Tapi, dibetot Muhamad Hendra ‘kecil’ Dely, pecahkan rekor baru di 2 kelas sekaligus. Super FFA matik dan Super FFA pada Drag bike TDR YSS Comet DID 2011 di Jogja.

Meski baru 13 tahun, Hendra yang event ini baru gabung di Tomo Speed Shop bikin geger balapan. Pasalnya, 2 rekor baru langsung dipecahkan dengan waktu 7,040 detik kelas super FFA matik dan 7,055 detik kelas super FFA.

“Ada 3 hal yang bikin rekor baru tercipta. Pertama bobot Hendra cuma 27 kg, lebih ringan dari ketiga pembalap saya. Kedua, dia pintar saat start, meskipun alat untuk start termasuk susah. Ketiga, pilih skubek bore up 300cc dan bukan 350cc,” aku Utomo Tjioe alias Tomo bos Tomo Speed.

Pun begitu, Tomo tidak memberikan setingan mesin Mio bore up 300 cc untuk Hendra lebih galak di putaran bawah. Jusrtu sebaliknya, dengan bobot joki ringan power mesin dimaksimalkan mulai putaran tengah ke atas.

“Kalau galak di putaran bawah, dengan bobot joki ringan takutnya gak bisa kontrol gas. Ban gampang sliding yang dapat menyebabkan hilangnya waktu,” imbuh Tomo yang mengaku pasang rasio kompresi 11 : 1.

Rasio kompresi tak terlalu tinggi buat kejar putaran tengah ke atas, didapat dari piston diameter 66 mm LHK forging yang dicustom ulang kepalanya. Kata Tomo, piston asli rata itu dibikin agak membumbung dan dibuatkan coakan payung klep.

Selain atur ulang kubah, posisi piston yang terhubung setang piston asli (57,9 mm) dan geser stroke 14mm (jadi 86mm), dibikin agak mendam sekitar 2 mm setelah paking silinder bawah diganjal paking almu setebal 3,5cm.

Lalu volume silinder murni 294cc itu disuplai gas bakar karbu NSR SP reamer 34mm dengan setingan spuyer 135/45. Cuma biar debit gas bakar yang masuk dan sisa gas bakar dilepas sesuai kebutuhan mesin, aliran masuk dan buang diatur kem ubahan produk aftermarket.

Secara teknis, pemilik speed shop di Bendungan Jago Raya No. 6-7, Kemayoran, Jakarta Pusat ini mengaku tidak tahu persis ukuran yang tepat berapa derajat durasi dan LSA kem yang dipakai di motornya. Cuma sebagai patokan, tinggi lift kem yang pernah diukur jaraknya ada sekitar 27mm dengan lebar pinggang bubungan 19mm.

“Yang paling baru, diameter payung klep in 34mm dengan diameter batang 5mm dan klep ex 30mm dengan diameter batang 4,5mm bahannya stainless merek SPS. Selain lebih ringan, saat panas enggak gampang berubah bentuk. Performa juga tetap terjaga,” aku Tomo yang gunakan knalpt TSS buat lepas sisa gas bakar.

Ajib bener…   (motorplus-online.com)

 DATA MODIFIKASI
Ban depan : IRC 45/90-17
Ban belakang : Eat My Dust 50/100-17
Roller: LHK 11 gram
Kampas ganda : LHK
CDI            : Sepco

Penulis : KR15 | Teks Editor : Nurfil | Foto : Indra GT